Malam semakin mengelus mata. Menyuruhnya untuk segera merapatakan kelopak. Namun pikiran tak kunjung tenang. Kala esok akan tiba saat menghadap satu ujian.
Bila waktu berjalan. Aku akan setia berjalan. namun bila waktu terhenti seketika akankah aku juga berhenti?
Menengadah ke atas langit. Melihat bertabur penuh bintang. Kala wajahnya mengayun pada hati yang tak pernah mati. Maka pantaskah kau masih meragukan sayang?
Saat rindu masuk ke dalama pelintasan. Seketika itu hati jadi tak tenang. Namun saat marang yang meradang. Maka enggan hati untuk sekedar memikirkan.
Sajak palsu yang melesatkan amarah. Hati penuh dendam yang tak terabaikan. Akan menguapkan segala buncah murka menjadi bumerang yang perlahan sirna. Namun menyisahkan seberkas luka yang tak kunjung hilang. Bila tergores akan menjadi parah dan tak terlupakan.
Dari malam yang akan membawa esok hari. Aku terdiam dengan jemari yang menari. Membawakan sebuah alunan dalam khayalan. Hingga tertulis dalam sebait sajak. Sajak yang menyiratkan semua kegundahan di satu malam.
Sebuah ilusi menerobos hati. Mencoba mendududki tempat tertinggi. Namun sungguh aku tak peduli pada khayal yang hanya ilusi.
Berpaling hanya merindu. Menjauh hanya merana. Dan mengabaikan hanya akan mengingat.
Tak akan percaya janji. Karena janji hanya untuk diingkari. Tak percaya lagi untaian kata. Karena itu hanya gulali. Hanya percaya pada ketulusan yang suci bukan sekedar janji.
Tanyakan hati dimana ia akan berdiri. Pada dia yang tak tau pasti. Akankah kau melabuhkan diri?
Cerita cinta hanya dongeng semu yang tak akan pernah bahagia selama-lamanya. Namun kasih adalah nyata padamu wahai ILLAHI.
Semua tanya dalam benak meraung-raung. Mencoba membongkar kotak jawaban. Namun bila kunci tak digenggam. Mana bisa ia terbebaskan?
Malam akan menjadi sunyi. Bila tanpa suara hati. Dan suara hati akan terdiam bila tiada yang dibicarakan.
Harapan akan dia hanya akan menjadi abu-abu. Maka lebih baik putih menghindari atau hitam memilih tersakiti.
All the Story will be written here.... Enjoy to read those story like you have been relaxed drinking a cup of a coffee..
Thursday, 14 April 2016
|
By:
Unknown
Sunday, 10 April 2016
|
By:
Unknown
Tanya Sesosok Dia
Bergetar tubuh ini saat ku merasa kehadiranmu
Degub jantung ku semakin tak menentu saat ku melihatmu
Seperti gemuruh ombak yang menerjang batu karang
dilautan
Seperti badai yang mengguncankan samudera
Itulah yang kurasa bila kau ada di sekelilingku
Sampai bibir ini tak mampu berkata
Darah di urat nadiku seakan berhenti mengalir
Rasa kelu di urat pikiranku
Membuatku terpaku oleh pesonamu
Pesona yang membuat mata ini tak hentinya memandangmu
Telinga yang tak pernah menulikan suaramu
Dan hati yang tak dapat berpaling darimu
Semakin bergulirnya waktu rasa itu semakin ada
Semakin tumbuh dalam damaiku
Damai yang tak nyata bagiku
Namun semu juga tak ku gapai
Berpatah kata, itulah yang ku harapkan
Hingga semu dan nyata dapat ku pegang
Namun, untuk sekedar berucap sapa saja aku tak mampu
Apalagi untuk mendekat dan berikat denganmu
Ikatan yang disebut pertemanan
Yang ku mampu hanya memandangmu
Melihat semua tingkahmu
Dan menggali sajak lahirmu
Hanya itu yang ku mampu
Tapi,,
Akankah ini membuatmu terusik
Membuat bayangan kebencian dibenakmu
Seakan muak dengan apa yang kau pun tak tau siapa dia
Atau muak dengan
sosok yang telah kau ketahui
Namun ia tak menyadari ketahuanmu…
GERIMIS
Petang
kini semakin merajut membingkai langit membentuk suatu pemandangan indah dengan
taburan ribuan bintang dan terangnya sinar rembulan. Seorang gadis dengan
rambut hitam lurus sebahu tengah duduk di bangku di balkon kamar tidurnya.
Wajahnya yang tirus dengan kelopak mata yang indah, bibir mungil dan hidung
mancung kini menengadah keatas menatap langit. Dengan balutan bluse lengan
panjang, warna biru muda dan rok pendek berpilin 5 cm dibawah lutut memperlihatkan
kakinya yang jenjang dan halus. Walaupun ia mengenakan pakaian sependek itu ia
tak menghiraukan hawa dingin yang menerpa tubuhnya karena ia sudah terhipnotis
dengan keindahan pemandangan langit malam yang sangat ia kagumi.
“Dara,
kamu sudah tidur sayang?” panggil sang mama dari balik pintu kamarnya.
Dara
kaget dengan panggilan mamanya, secepat kilat ia berlari kearah ranjang tempat
tidurnya dan segera menghempaskan tubuhnya dan menarik selimutnya hingga leher,
kemudian ia memejamkan matanya. Di balik pintu mamanya tak mendengar sahutan
dari Dara dan mengira ia sudah tidur. Namun sang mama tetap masuk ke dalam
ingin memastikan bahwa anaknya sudah tertidur. Perlahan pintu kamara Dara
terbuka,
“Syukurlah
dia sudah tidur. Tapi kok terasa dingin ya?” kata mamanya ketika melihat Dara
tengah terlelap di tempat tidurnya. Mama Dara menoleh ke arah pintu balkon yang
ternyata terbuka, sehingga membuat udara di kamar Dara menjadi dingin. Kemudian
beliau berjalan kearah pintu tersebut dan menutupnya. Setelah itu mama Dara
menghampiri putri semata wayangnya yang telah tertidur.
“Anak
ini, selalu saja lupa menutup pintu balkon. Nanti kalau dia masuk angin, lalu
sakit bagaimana? Mama nggak mau kamu mengapa-mengapa sayang karena mama sangat
sayang padamu.” mamanya bergumam sendiri sambil membelai rambut Dara lembut.
Beberapa
menit kemudian mama Dara mengecup kening putrinya dan melangkah keluar dari
kamar Dara dan membiarkan Dara terlelap dalam tidurnya. Tak berapa lama
semenjak mamanya keluar dari kamarnya, Dara membuka matanya dan tertawa kecil,
karena ia senang melihat mamanya tertipu dan mengira ia sudah tidur. Ia pun
bangun dari tempat tidurnya, tetapi ia tidak melanjutkan melihat langit
melainkan ia duduk di kasurnya dan meraih sebuah buku di atas nakas tempat
tidurnya. Ia membuka buku tersebut dan mulai menulis apa yang ia lewati
seharian tadi, karena ia memang suka menuliskan apa saja yang ia lakukan
seharian di buku diary kesayangannya.
Ketika ia tengah menulis, tiba-tiba ada
yang menetes di atas kertas diarynya.
Tetesan itu berbentuk cairan yang berwarna merah segar dan berbau anyir seperti
bau darah. Kemudian ia meraba lubang hidungnya, karena ia merasakan ada yang
mengalir di hidungnya. Dan ternyata cairan yang menetes ke bukunya adalah darah
dari hidungnya, dan secepat mungkin Dara meraih kotak tissue di atas meja
belajarnya untuk mengentikan mimisan yang ia alami. Ia beranjak ke kamar mandi
dan membersihkan sisa-sisa darah yang masih ada dihidungnya, kemudian ia
memutuskan untuk segera tidur karena kepalanya tiba-tiba terasa sangat pening.
*****
Esok harinya Dara pergi ke sekolah
barunya di SMA Negeri 45, Bandung dengan diantar sopir pribadinya. Dara Seruni
Prastiwi yang lebih akrab dipanggil Dara merupakan murid pindahan baru dari SMA
Negeri 5, Jakarta. Ia pindah sekolah karena ayahnya yang seorang militer
dipindah tugaskan di Bandung seminggu yang lalu. Ia sangat senang ketika
mengetahui ayahnya akan dipindahkan ke Bandung, karena ia sangat suka dengan apapun
mengenai Bandung. Selain udara yang masih bersih, panorama yang indah dan
berbagai macam tempat yang menarik untuk dikunjungi, Dara juga tertarik dengan
seorang cowok yang ia kenal melalui jejarig sosial media yang di sebut facebook. Sebut saja nama cowok yang ia
kenal Kevin, ia juga merupakan salah satu murid di SMA Negeri 45, Bandung.
Itulah mengapa Dara semakin antusias dengan kepindahannya ke Bandung walaupun
ia juga sedih meninggalkan teman-temannya di Jakarta.
Hari pertama masuk sekolah Dara
memperkenalkan dirinya di kelas barunya. Semua murid kelas XI B sudah masuk
memenuhi kelas saat Dara diperkenalkan oleh salah satu guru yang akan mengajar.
Ketika ia memperkenalkan diri, perhatian Dara teralih kepada seorang cowok yang
duduk di kursi paling belakang pojok kanan. Ia tertarik memperhatikan cowok itu
bukan karena cowok itu tampan atau keren, melainkan ia penasaran dengan cowok
yang sedari tadi tak bergeming dan menundukkan kepalanya di atas meja seolah
tak terganggu oleh riuh suara di sekitarnya.Setelah memperkenalkan diri Dara dipersilahkan
untuk duduk di kursi depan cowok tersebut. Kemudian pelajaran pertama pun
dimulai, baru saat itu cowok tersebut mengangkat kepalanya dan siap menerima
pelajaran. Dara yang tiba-tiba menoleh kebelakang terkejut ketika tahu bahwa
cowok yang sedari tadi mencuri perhatiannya adalah Kevin. Begitupun sebaliknya,
Kevin juga terkejut mendapati Dara tengah melihatnya.
“Lho, kok kamu ada disini? Jadi kamu
anak pindahan yang tadi ngomong di depan?” tanya Kevin tiba-tiba.
“Iya itu aku. Kamu juga di kelas ini? Nggak
nyangka kalau kita bakal sekelas.” kata Dara tersenyum.
“Eh, entar aja dilanjutin ngobrolnya. Di
depan itu guru paling killer di
sekolah bisa mati kalau kita ketahuan ngobrol waktu dia menerangkan pelajaran.”
kata Kevin kemudian.
“Oke deh selamat belajar.” Dara
mengangguk dan kembali duduk menghadap papan tulis.
*****
Malam harinya Dara menulis peristiwa
yang ia lewai seharian di buku diary kesayangannya. Setelah menulis tiba-tiba
Dara merasa haus dan memutuskan untuk mengambil minum di dapur. Karena sudah
malam tak ada orang yang berkeliaran di dalam rumah, semuanya mungkin sudah
terlelap dalam tidurnya. Dara mengambil segelas air putih dan meneguknya
perlahan. Ketika ia baru meneguk setengah dari isi gelasnya ia merasa kepalanya
berat dan pusing dan tiba-tiba pandangannya kabur dan perlahan menjadi gelap.
Gelas yang ia pegang terlepas dari
genggamannya dan jatuh terbelah di lantai. Bunyi yang ditimbulkan gelas
tersebut membangunkan seisi rumah. Karena sesaat setelah terdengar bunyi gelas
pecah tersebut mama, papa Dara dan pembantunya berlari ke arah terdengarnya
suara tersebut. Mereka sangat terkejut mendapati Dara tengah tergeletak tak
sadarkan diri di samping meja makan. Sesegera mungkin papanya menggendongnya ke
kamar Dara.
“Dara, kamu mengapa nak. Bangun sayang,
ayo nak bangun.” kata sang mama membangunkannya khawatir.
Beberapa saat kemudian Dara membuka
matanya, dan ia melihat di sekitar tempat tidurnya telah berdiri mama, papa dan
pembantunya dengan tatapan khawatir padanya.
“Mama, papa sama bibi mengapa disini?” tanya
Dara bingung.
“Syukurlah kamu sudah sadar sayang.
Mama, papa dan bibi sangat khawatir terjadi apa-apa dengan kamu nak. Bagaimana
keadaan kamu sekarang Dara?” tanya sang mamam khawatir.
“Sewaktu Dara ambil minum tadi tiba-tiba
kepala Dara pusing banget ma, terus tiba-tiba gelap dan Dara udah nggak tau apa-apa
ma.” kata Dara menjelaskan.
“Lalu sekarang apa kepala kamu masih
pusing? Apa perlu papa panggilkan dokter sayang?” tanya papanya yang sama
khawatirnya seperti mamanya.
“Nggak usah pa, Dara udah baikan kok
meski masih terasa sedikit pusing sih. Tapi udah nggak apa-apa kok pa.” tolak
Dara,.
“Ya udah kalau begitu, kamu istirahat ya
nak. Nanti kalau ada apa-apa kamu panggil mama atau papa ya Dara.” kata
mamanya.
“Ya ma.” sahut Dara.
Kemudian mama, papa dan Bibi Ijah keluar
dari kamar Dara dan membiarkan Dara beristirahat di kamarnya.
*****
Di lapangan basket telah dipenuhi para
siswa yang melakukan aktivitas olah raga dan beberapa permainan. Mereka sangat
menikmati hal tersebut walaupun tubuh mereka terkena terpapar sinar matahari
yang terik. Nampak seorang gadis yang sedari tadi hanya melihat temannya
bersenang-senang di pinggir lapangan. Ia tidak menyadari bahwa ada sepasang
mata yang sejak tadi tak lepas dari pandangan ke arahnya, walaupun ia sedang
bermain bola kaki bersama temannya. Kemudian pemilik sepasang mata itu
menghampiri gadis tersebut dan berlari kecil kearahnya.
“Dara kamu mengapa kok nggak gabung
bareng mereka?” tanyanya mengatur nafasnya yang masih tersengal akibat ia
bermain sepak bola.
“Nggak apa-apa hanya pengen disini aja.
Seru ngeliat kalian beraktivitas semau kalian di lapangan sana. Kamu sendiri
ngapain Vin, nyamperin aku?” tanya Dara.
“Aku hanya sedih aja ngeliatin kamu
duduk diam disini dari tadi. Apa kamu nggak mau melakukan apa yang mereka
lakukan disana?” tanya Kevin sambil menunjuk ke arah lapangan.
“Aku pengen sih, tapi-” belum sempat
Dara melanjutkan perkataanya, Kevin sudah menggandeng tangannya dan menarik
Dara ke tengah lapangan. Saat dilapangan Kevin bertanya,
“Kamu nggak mau menikmati hangatnya
terik matahari? Atau kamu nggak mau berolah raga?” tanya Kevin kemudian.
“Bukan begitu, tapi aku-” Dara
menggantungkan penjelasannya karena bingung bagaimana menjelaskan alasan
sebenarnya pada Kevin.
“Udah lah, kamu tenang aja kamu nggak
bakalan jadi hitam gara-gara kepanasan begini.” kata Kevin menekankan.
Akhirnya Dara pun mempercayai Kevin dan
ikut bergabung bersama para siswi yang sedang melakukan permainan bola voly disebagian area lapangan. Dara
sangat senang dan menikmati permainan tersebut, begitupun dengan Kevin, ia
senang melihat Dara tengah menikmati permainannya. Beberapa menit setelah Dara
bermain bola voly, tiba-tiba saja
pandangan mata Dara kabur dan kepalanya terasa pusing. Suara teriakan
teman-teman di sekelilingnya terdengar samar dan semakin terdengar tidak jelas.
Ia merasakan ada sesuatu yang dingin dan segar mengalir dari dalam hidungnya. Lalu
ia meraba hidngnya dan melihat darah segar tengah mengalir dari hidungnya. Ia
semakin tak bisa menyangga tubuhnya sehingga tubuhnya terhuyung dan terjatuh di
lantai lapangan tempatnya berdiri. Seketika melihat hal tersebut, semua murid
menghentikan aktivitasnya dan berlari ke arah Dara yang telah tergeletak tak
sadarkan diri di tengah lapangan.
Kemudian para siswa mengangkat tubuh
Dara dan segera membawanya ke ruang kesehatan sekolah. Didalam ruangan Dara
langsung ditangani dokter yang bertugas di sana. Setelah sekitar lima belas
menit Dara tak sadarkan diri, kini Dara telah bangun dari pingsannya. Ia
menyapu pemandangan di sekelilingnya dan mendapati banyak sekali orang yang
sedang mengelilinginya di sekitar ranjang tempatnya tidur tadi.
“Mengapa semuannya ada disini, aku ada
dimana?” tanya Dara pada semua orang yang ada di sekelilingnya.
“kamu ada di ruang kesehatan nak, karena
kamu tadi dibawa oleh anak-anak dalam keadaan tidak sadarkan diri. Bagaimana
keadaan kamu sekarang? Apa sudah baikan?” tanya dokter yang menanganinya tadi.
“Uhm, kepala saya masih terasa sedikit
pusing bu, tapi sudah baikan daripada tadi.” ujar Dara.
“Ya sudah kalau begitu ibu tinggal dulu
yah, ini (Menunjuk obat yang ada di atas
meja di dekat ranjang), kamu minum setelah makan ya. Temen kamu sedang
mencarikan kamu makanan untuk minum obat, semoga lekas sembuh ya.” kata dokter
panjang lebar.
Dara hanya mengangguk mendengar
penjelasan dari dokter tersebut. Teman-teman Dara yang membawanya ke ruang
kesehatan menemaninya ada beberapa yang disuruh gurunya untuk kembali ke
aktivitas yang tadi dijalani.
“Bagaimana keadaan kamu Dara?” tanya
seorang siswi yang bernama Ita.
“Ya udah agak enakan sih, hanya sedikit
pusing dan mual aja. Makasih juga ya kalian udah nolongin aku, aku juga minta
maaf kalau aku jadi ngrepotin kalian.” Kata Dara berterima kasih kepada
teman-teman yang telah menolongnya.
“Kamu nggak usah ngerasa nggak enak sama
kita, kan kamu temen kita walaupun kamu anak baru disini.” kata seorang
lainnya.
Dara tersenyum mendengar ucapan
temannya. Setelah beberapa menit dokter itu keluar dari ruang kesehatan, Kevin
datang dengan membawa semangkuk bubur dan segelas teh manis hangat di atas
nampan yang ia bawa dari kantin sekolah.
“Kamu udah baikan?” tanya Kevin
meletakkan nampan di atas meja di dekat ranjang.
“Ya, lumayan. Itu apa?” tanya Dara
penasaran dengan apa yang dibawa Kevin.
“Oh ini, ini bubur sama teh hangat buat kamu
minum obat. Tadi Bu Annisa, dokter yang nanganin kamu nyuruh aku bawain ini ke kamu.
Nih makan buburnya.” kata Kevin memberikan semangkuk bubur kepada Dara.
Dara melihat mangkuk bubur ditangannya
kemudian dengan terpaksa ia memakan separuh buburnya karena ia menahan mual
yang ia rasa. Kemudian Dara meminum obat yang diberikan kepadanya tadi dan
menenggak habis teh hangat yang dibawa Kevin.
*****
Setelah kejadian Dara yang masuk ruang
kesehatan, Ia dan Kevin menjadi semakin akrab dan menjadi teman baik. Meskipun
mereka selalu bertengkar dan memperdebatkan masalah yang sepele yang sebenarnya tidak perlu dibahas. Semakin dekat hubungan
pertemanan mereka, semakin Dara sering jatuh sakit. Kekebalan tubuhnya semakin
menurun, ia sering mengalami pusing di kepalanya yang tak tertahankan, hingga
badannya lemas dan sekujur tubuhnya sering terasa nyeri. Dan tak jarang pula ia
mengalami pendarahan di hidungnya dan jatuh tak sadarkan diri setelah ia mimisan. Akibatnya orang tuanya selalu
melarang Dara melakukan aktivitas yang berat dan membutuhkan energi yang lebih.
Karena melihat kondisi Dara yang semakin hari semakin memburuk. Bahkan penyakit
yang tidak seberapa membahayakan tubuhnya
seperti batuk dan pilek sering menyerangnya dan masa penyembuhannya
sangat lama dari biasanya.
Dara sudah sering pergi kerumah sakit
untuk berobat namun ia tak mau diperiksa lebih detail mengenai penyakit apa
yang sebenarnya menyerang tubuhnya. Alasan Dara menolak hal tersebut adalah
karena ia takut mengetahui kenyataan penyakit yang ia derita akan lebih parah
dari apa yang ia bayangkan. Orang tua Dara mengikuti kemauannya karena ia putri
tunggal yang sangat mereka sayangi. Namun orang tua Dara tak kehilangan akal
untuk membohongi Dara agar Dara dapat diperiksa lebih detail.
Setelah membujuknya hampir dua bulan,
akhirnya kedua orang tuanya berhasil. Sehingga Dara mau diperiksa lebih
mendetail lagi mengenai penyakitnya. Setelah melakukan pemeriksaan
berulang-ulang untuk memastikan hasil yang didapat lebih akurat, dokter yang
memeriksanya memberitahukan bahwa penyakit yang diderita Dara adalah leukimia
stadium akhir. Dimana dokter pun tidak bisa memperhitungkan waktu yang dimiliki
Dara setelah ini. Kedua oarng tua Dara sangat terpukul mendengar penjelasan
dokter mengenai kondisi putrinya. Hingga mama Dara jatuh tak sadarkan diri
karena terkejut menerima kenyataan bahwa anaknya sudah tak lama lagi di dunia
ini. Namun untuk menenangkan Dara kedua oarng tuanya sudah membuat kesepakatan
bahwa mereka tak akan memberi tahukan kondisi sebenarnya kepada Dara walaupun
sampai di ujung waktunya.
Semakin hari kondisi Dara semakin
memburuk dan ia terpaksa harus dirawat inap di sebuah rumah sakit dekat
rumahnya. Semenjak itu Dara absen dari sekolahnya namun bukan berarti Kevin
juga absen mengunjungi Dara di rumah sakit. Kevin selalu mengunjungi Dara dan
memberikan dara semangat untuk tetap bertahan melawan penyakit yang
dideritanya. Kedua orang tua Dara merasa senang bila Kevin datang menjenguk
putrinya, karena setiap kedatangan Kevin terlihat wajah yang gembira di wajah
Dara meskipun ia merasa lemah dan bosan berada di rumah sakit setiap harinya.
Sudah sebulan yang lalu semenjak Dara
dirawat di rumah sakit dan kedua orang tuanya menyembunyikan kebenaran kondisi
Dara, dan kini pun terungkap. Saat itu Dara sudah mencapai puncak kebosanannya
terkurung di kamar rumah sakit, sehingga ia memutuskan untuk berjalan-jalan
keluar di saat kedua orang tuannya sedang dipangil oleh dokter yang menangani
Dara ke ruangannya. Setelah Dara berhasil bangun dari ranjang dengan susah
payah karena kondisinya sangat lemah dan pucat, ia pun duduk di kursi roda dan
mulai memutar roda dan melaju perlahan. Setelah menikmati udara segar di taman
rumah sakit Dara memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Dalam perjalanannya
menuju kamarnya ia tertarik untuk menyusuri lorong di sebelah kanan kamarnya.
Ia pun memutar roda kursinya dan menyusuri lorong tersebut, dan tiba-tiba ia
berhenti tepat di suah pintu ruangan yang terbuka. Ia mengehentikan kursinya
karena ia penasarang dengan apa yang dibicarakan di dalam ruangan tersebut,
dimana pintu ruangan tersebut terbuka sedikit. Samar-samar Dara mendengar
percakapan di dalam ruangan itu, ia semakin medekatkan telinganya dan
menajamkan pendengarannya. Betapa kagetnya bahwa yang ia dengar adalah
pembicaraan kedua orang tuanya dengan seorang dokter yang menanganinya dan ia
mendengar semua itu dengan jelas setelah ia membuka pintu tersebut lebih lebar
dan membuat orang tuanya dan dokter tersebut menoleh ke arahnya.
“Kalian, mengapa tega menyembunyikan ini
semua dariku? Mengapa mama dan papa jahat sama Dara?” ucap Dara dalam tangisnya
yang tak terbendung mendengar kenyataan bahwa ia terkena leukimia stadium
akhir.
“Kami tak bermaksud menyembunyikannya
sayang, tapi-” ucapan mamanya menggantuk di ujung lidahnya tak sanggup di
teruskan dan ia mulai berkaca-kaca.
Kemudian Dara berlalu begitu saja
meninggalkan kedua orang tuanya yang terdiam terpatung di tempatnya. Sesampai
dikamarnya Dara menangis tersedu di balik bantal yang menutupi wajahnya. Sesaat
kemudian orang tua Dara menghampirinya dan menjelaskan semuanya.
“Papa dan mama tidak berniat untuk
menyembunyikan ini semua sayang, karena kami khawatir jika kamu mengetahui yang
sebenarnya kondisi kamu akan semakin memburuk. Tapi kamu jangan khawatir sayang
dokter tengah mengusahakan cangkok sum sum tulang belakang untuk kamu nak. Kamu
yang kuat ya, melawan sakit yang kamu rasa. Kami yakin kamu akan baik begitupun
kamu juga harus yakin bahwa kamu akan sembuh.” kata Papanya panjang lebar
menjelaskan penjelasan yang selama ini disembunyikan darinya.
Dara mengerti perasaan kedua orang
tuanya, semata-mata yang dilakukan orang tuanya hanyalah untuk kebaikan dan
kesembuhannya. Namun Dara tidak mengerti sampai kapan waktunya ia bisa bertahan
sampai ia menerima cangkok sum sum tulang belakang tersebut. Setelah mengetahui
kondisi yang sebenarnya Dara menjadi semakin menurut dengan segala perintah dan
anjuran baik dari kedua orang tuanya maupun dari dokter yang menanganinya.
Namun kondisi Dara semakin hari semakin tidak stabil, kadang ia mulai membaik
namun terkdaang kondisinya sangat mengkhawatirkan. Meskipun seperti itu tidak
menyurutkan semangat Dara dan kedua oarng tuanya untuk sembuh.
*****
Kevin sampai saat ini belum mengetahui
kondisi Dara yang sebenarnya, karena Dara telah meminta orang tuanya untuk tetap
merahasiakan hal tersebut darinya. Karena Dara tidak ingin membuat Kevin
khawatir dan mengasihaninya. Karena sesungguhnya benih cinta yang telah
tertanam di lubuk hatinya tidak ingin melihat orang ia sayangi sedih dan merasa
terpuruk apabila mengetahui umur Dara tidak akan lama lagi jika ia tak berhasil
mendapatkan pencangkokan tersebut. Sekuat tenaga Dara selalu menyembunyikan
kondisinya yang semakin melemah di hadapan Kevin karena ia khawatir Kevin
sedih.
Sore itu Kevin kembali menjenguk Dara di
rumah sakit disaat kondisi Dara sedang menurun. Namun seperti biasanya ia
berusaha kuat di hadapan Kevin. Kedua oarng tuanya khawatir jika terjadi suatu
hal yang diluar bayangan mereka, melihat kondisi Dara sekarang sangat mengkhawatirkan.
Di luar rumah sakit sedang mendung dan udara terasa sangat dingin. Namun Dara
meminta kepada Kevin untuk menemaninya pergi ke taman untuk menghilangkan
kebosanan yang ia rasa. Kemudian Kevin meminta izin kepada orang tua Dara untuk
menemaninya ke taman. Setelah berpikir cukup lama kedua orang tuanya akhirnya
mengiyakan permintaan Dara dengan syarat di luar hanya sepuluh menit dan harus
berpakaian tebal dan hangat lalu perginya ditemani seorang suster untuk
berjaga-jaga. Semua syarat disetujui oleh Dara, namun syarat yang terakhir ia
menolaknya karena ia yakin Kevin bisa menjaganya. Akhirnya kedua rang tuanya
menyetujuinya, tapi tetap ada suster yang mengawasinya dalam jarak 10 meter
dari tempat mereka. Sesampainya di taman Dara turun dari kursi roda dan duduk
di samping kevin di bangku taman. Meskipun bangku taman yang terbuat dari besi
terasa dingin akibat cuaca mendung tak dihiraukan oleh Dara. Yang terpenting ia
bisa menghilangkan rasa kebosanannya dengan duduk bersebelahan dengan Kevin di
taman.
“Vin boleh aku menyandarkan kepalaku di
bahumu?” tanya Dara pada Kevin.
“Iya Ra boleh kok, sini bersandarlah.” kata
Kevin memberikan bahunya.
Dara kini bersandar di bahu Kevin dan
memejamkan matanya menikmati suasana sunyi dan dingin di taman tersebut. Mereka
hanya terdiam dalam pikiran mereka masing-masing. Setelah beberapa menit Dara
bersandar, Kevin bertanya pada Dara.
“Ra, ada yang mau aku omongin ke kamu
Ra. Kamu mau dengerin nggak? Eh, tapi ngomongya di dalam aja ya. Disini mulai
gerimis nanti kamu jadi tambah sakit. Ayo Ra kita kedalam.” ajak Kevin.
Namun Kevin tidak mendengar balasan dari
Dara. Kevin mengira Dara tertidur, kemudian ia membangunkan Dara dan menepuk
pelan pipinya. Kevin terkejut karena pipi Dara terasa sangat dingin dan
bibirnya terlihat sangat pucat. Ia mengguncang pelan tubuh Dara, namun tak ada
jawaban dan respon darinya. Tangan Kevin bergetar dan terlihat panik, ia
meletakkan jari telunjuknya tepat di depan hidung Dara, namun Kevin tidak
merasakan hembusan nafsa Dara. Kevin semakin panik dan gerimis pun semakin
deras namun Kevin tak menghiraukan tubuhnya dan tubuh Dara mulai basah karena
gerimis yang menerpa. Suster yang tadi disuruh untuk mengawasinya bergegas lari
menghampiri Dara dan Kevin. Suster segera memeriksa keadaan Dara dan yang
didapat adalah tubuh Dara sudah sangat pucat dan dingin seperti es. Suster
memeriksa jantung Dara, namun ia tak menemukan denyutan di jantungnya. Kevin
hanya bisa terpaku melihat Dara yang tak bergerak sedikit pun di lengan
kananya. Air mata Kevin jatuh dan membuat bajunya semakin basah oleh air
matanya.
“Padahal aku mau bilang, kalau aku
sayang sama kamu Dara.” bisik Kevin lirih di telinganya di iringi cucuran air
matanya yang membasahi pipi Dara.
Semenjak kepergian Dara, Kevin menjadi
sangat menjukai untuk duduk terdiam merasakan gerimis hujan yang menetes
membasahi tubuhnya. Karena ia akan merasakan kehadiran seseorang yang ia kasihi
bersama tetesan gerimis. Dan saat gerimis datang dengan terpaan angin yang
dingin pun terasa hangat di kulit Kevin. Kerinduan pada sosok yang ia sayang
akan hilang saat gerimis datang menghampiri.
Puisi- Ini Cerita Dia dan Bintang
Dia adalah orang tak terduga hadir dalam
hariku yang sementara.
Dia hadir bukan untuk kumiliki.
Namun dia hadir untuk membawa tali
persaudaraan.
Awalnya memang biasa saja.
Sikapnya yang dingin bagiku.
Tak lantas membuatku menjauh darinya.
Malah aku semakin tertarik mengenalnya
lebih jauh.
Tapi tampaknya dia tak begitu terbuka
padaku.
Dia memilih menutup dirinya.
Hingga aku tak tau maksud dalam jalinan
saudara yang ia bawa.
Aku bahkan tak bisa menerka.
Dia bersungguh-sungguh atau hanya
bergurau.
Aku tak mampu membaca geriknya.
Tak mampu mengira apa lakunya.
Hingga sampai waktu membatasi pertemuan
kita.
Dia yang batu dan aku pun batu.
Tak ada yang mau menjadi rapuh satu sama
lain.
Bersikeras dengan ego masing-masing.
Ego yang tak mau terlepas dari
diri.
Membuat jarak kita semakin
menjauh.
Sejauh bintang dengan bumi.
Sejauh ku menatap kerlipnya di
langit.
Hingga hati hanya bergumam.
Inilah cerita dia dan bintang.
After Hiatus from This Blog :-)
Sejenak waktu tak akan terasa bila terus bergulir. Detik yang berganti jam dan hari yang kian betambah tahun membuatku lupa akan kenangan dalam setiap kata yang ada di dalam blogger ini. Lama sudah aku tak merawatmu. Jangankan untuk merawatmu, berkunjung pun aku tak sempat. Maafkan aku Curtain-Story telah mengabaikanmu setahun lalu. Kini sudah berganti tahun 2016 dan mulai saat ini aku akan setia dalam menemanimu menyusuri setiap harimu Curtain-Story. Aku akan menuliskan apa yang bisa aku tulis disini. Semoga pembaca blog ini juga semakin banyak dari sebelumnya :-)
Ayo bersenang-senang bersama Curtain-Story :-)
Ayo bersenang-senang bersama Curtain-Story :-)
Subscribe to:
Posts (Atom)